Langsung ke konten utama

HUKUM UPA-UPA/TEPUNG TAWAR MENURUT ISLAM

Adat istiadat pada asalnya hukumnya boleh selama tidak bertentangan dengan Syari'at, sebagaimana kaedah mengatakan:

العادة الإباحة مالم تخالف الشرع

" Adat itu diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan Syari'at ".

Semua adat istiadat yang ada di dalam masyarakat kaum muslimin semuanya boleh diikuti selama tidak bertentangan dengan Syari'at islam, namun perlu digaris bawahi bahwa adat istiadat adalah peninggalan nenek moyang yang seharus hati hati dan teliti, karena yang namanya nenek moyang itu banyak diantara mereka yang masih terpengaruh dengan adat istiadat luar, maka hendaknya dikaji secara cermat. 

Adat Upa upa adalah istilah adat istiadat yang dikenal di wilayah Sumatera bagian utara dan khususnya daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing, juga Tapanuli Utara atau Toba, di Indonesia umumnya dikenal masyarakat dengan nama Tepung tawar.

Pengertian upa upa sendiri menurut Wikipedia ( silahkan buka di google) adalah:

"Upa-Upa atau Mangupa adalah Upacara adat dalam kehidupan masyarakat Mandailing yang lahir dari penghayatan leluhur masyarakat Mandailing terhadap keberadaan zat yang gaib, yang berkuasa, yang mengatur alam semesta, termasuk kehidupan manusia agar keselamatan dan kesuksesan mudah untuk tercapai. 

Persiapan acara Mangupa Pengantin Mandailing

Upacara Mangupa diadakan pada acara pernikahan, Anak yang baru lahir, sambutan kepada tamu besar, memasuki Rumah baru dan untuk orang yang baru terkena musibah".


Upa upa adalah suatu bentuk ritual tertentu yang biasa dikaitkan masyarakat untuk hal hal yang berhubungan dengan permohonan keselamatan, baik itu keselamatan dalam pernikahan, keselamatan di waktu lahiran, keselamatan dalam perjalanan atau bahkan keselamatan dari maribahaya. 

Biasanya ritual ini disyaratkan memakai benda/hewan tertentu,dan sangat erat kaitannya dengan hewan sembelihan, baik itu kerbau, sapi, kambing yang biasanya memakai kepalanya sebagai simbol Upa upa tersebut, dan tentu sesuai kemampuan masing masing individu, bahkan ada sebagiannya yang hanya memakai telor ayam atau hanya sekedar beras kuning. 


Bagaimana Islam memandang 'Upa-upa'??? 

Islam adalah agama Tauhid yakni agama yang memurnikan semua peribadatan hanya kepada Allah semata, tidak boleh kepada selainNya. 

Segala bentuk permintaan/permohonan/pengharapan yang sifatnya merupakan hak Allah Ta'ala secara muthlaq maka tidak boleh ditujukan kepada selaiNya, karena semua manfa'at dan juga Mudhorat adalah hak Allah saja, baik itu memberi suatu manfa'at atau menolak suatu mudhorat hanyalah Allah yang kuasa melakukannya, maka jika permohonan/pengharapan/permintaan yang ada kaitannya dengan kemanfa'atan atau kemuhoratan ditujukan kepada selain Allah, maka jatuhlah hukumnya kepada dosa yang paling besar yaitu Syirik besar, yang mana Allah telah berfirman tentang larangannya:

Surat An-Nisa (4) Ayat : 48

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.


juga dalam firman Allah yang lain:Surat Al-Ma'idah (5) Ayat : 72


إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصار.

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

juga di Suroh lainnya:

Surat Al-Ma'idah (5) Ayat : 76

قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّۭا وَلَا نَفْعًۭا ۚ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

*Upa upa adalah do'a kepada Allah? , Lalu mengapa harus memakai perantara hewan/benda??? 

Allah Subhanahu wata'ala adalah Tuhan Yang Maha Baik, dia tidak mensyaratkan sampainya do'a kepadanya dengan perantara siapapun dan apapun, kapan saja hambanya ingin berdo'a kepadaNya maka Ia siap mengabulkannnya, Allah berfirman:

Surat Al-Baqarah (2) Ayat 186

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Dalam ayat ini Allah hanya mensyaratkan pengakabulan do'a dengan Iman dan kepatuhan kepada perintahNya. 

Bahkan di ayat yang lain Allah pertegas lagi:

Surat Ghafir (40) Ayat 60


وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ 

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu".

Dari kedua ayat tersebut jelas jelas Allah tidak membutuhkan perantara untuk menyampaikan do'a kepadaNya, dan sungguh membuat perantara dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah cara beribadah dan berdo'anya orang orang jahiliyah, lihat FirmanNya:

Surat Yunus (10) Ayat 18

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّـُٔونَ ٱللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ سُبْحَـٰنَهُۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).

juga ayat yang lain:

Surat Az-Zumar (39) Ayat 3


أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِى مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى مَنْ هُوَ كَـٰذِبٌۭ كَفَّارٌۭ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Sebagian manusia mengira bahwa Dosa syirik itu hanyalah jika terang terangan menyembah berhala atau setan, dan ini sangkaan yang jauh dari kebenaran, karena setiap menjadikan sesuatu menjadi Sekutu bagi Allah maka itu dihukumi syirik. 

Perlu difahami makna Sekutu itu apa. Sekutu  maknanya syarikat, jika manusia meyakini adanya makhluk yang bersyarikat/ sama sama mempunyai hak dan kekuasaan seperti hak dan kekuasaan Allah maka inilah yang dimaksud sekutu, seperti hak dan kekuasaan Allah sebagai pencipta, pengatur Alam, rezeki, umur, kesehatan, jodoh, keselamatan, kesembuhan dan sebagainya. Jika diyakini, dimintai, atau diharapkan kepada selain Allah maka berarti telah membuat Sekutu bagi Allah dan inilah yang maksud Syirik itu, Allah berfirman:

Surat Qaf (50) Ayat 26


ٱلَّذِى جَعَلَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَـٰهًا ءَاخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلشَّدِيدِ

yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat".

Dari Ayat ini jelas Allah menyebutkan bahwa termasuk juga kesyirikan adalah selain menyembah Allah, juga   menjadikan sekutu bagi Allah Tuhan yang lain dari makhluknya yang dianggap memiliki kekuasaan yang sama. 

Bahkan dilain Ayat Allah pertegas lagi sebutan sekutu ini:

Surat Fusshilat (41) Ayat 9

 قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْأَرْضَ فِى يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُۥٓ أَندَادًۭا ۚ ذَٰلِكَ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".

juga ayat lain:

Surat Al-Baqarah (2) Ayat 165

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًۭا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah (sekutu); mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (tidak akan menjadikan Sekutu bagi Allah). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesalinya).

Beribadah itu porosnya tiga: 1. Cinta, 2.Takut, 3.Harap.

Setiap hamba harus memiliki ini dalam beribadah kepada Allah, Cinta yang tulus kepada Allah, Pengharapan yang sempurna kepadaNya, dan takut akan Murkanya. Dan jika ketiga poros ibadah itu ditujukan kepada makhlukNya sama atau melebihi kepada Allah, cinta kepada selainNya, mengharap kepada selainNya dan Takut kepada selainNya yang tidak memiliki apa yang dimiliki oleh Allah maka sungguh dia telah beribadah kepada makhluk tersebut, dan dia secara tidak langsung telah menjadikan makhluk itu sebagai berhala yang disembah sehingga jatuhlah dia kepada kesyirikan yaitu syirik besar.

Adat dan Kebiasaan mempercayai hewan adalah adat jahiliyah, sebagaimana dalam firmannya:

Surat Al-Ma'idah (5) Ayat 103


مَا جَعَلَ ٱللَّهُ مِنۢ بَحِيرَةٍۢ وَلَا سَآئِبَةٍۢ وَلَا وَصِيلَةٍۢ وَلَا حَامٍۢ ۙ وَلَـٰكِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.

- Bahirah, yaitu unta betina yang telah melahirkan anak lima kali, dan anaknya yang kelima betina. Menurut adat jahiliah, unta betina semacam itu mereka belah telinganya, kemudian mereka lepaskan, dan tidak boleh lagi dipakai untuk kendaraan, dan tidak boleh diambil air susunya.

Saibah, yaitu unta betina yang dilepas pergi ke mana saja, tidak boleh dipakai untuk kendaraan atau membawa beban, dan tidak boleh diambil bulunya, dan tidak boleh pula diambil air susunya, kecuali untuk tamu. Menurut adat jahiliah, ini dilakukan untuk menunaikan nazar. Apabila seseorang di antara mereka melakukan sesuatu pekerjaan berat, atau perjalanan yang jauh, maka mereka bernazar, bahwa ia akan menjadikan untanya sebagai saibah, jika pekerjaannya itu berhasil dengan baik, atau perjalanannya itu berlangsung dengan selamat.

Wasilah, yaitu kambing atau unta betina yang lahir kembar dengan saudaranya yang jantan. Menurut adat jahiliah juga, apabila seekor kambing betina melahirkan anak kembar jantan dan betina, dan yang betina mempunyai anak betina lagi, maka anaknya yang betina itu disebut “wasilah”, tidak boleh disembelih, dan tidak boleh dipersembahkan kepada berhala.

Ham, ialah unta jantan yang telah berjasa menghamilkan unta betina sepuluh kali. Menurut adat jahiliah, unta jantan semacam itu tidak boleh lagi diganggu, misalnya disembelih, atau digunakan untuk maksud apapun, tetapi harus dipelihara dengan baik. Ia tak boleh dicegah untuk minum air atau makan rumput di manapun yang disukainya di mana saja.

Juga kebiasaan bani israi'l umat Nabi Musa alaihissalam, sepeninggalnya ke bukit Thur umatnya mengganti sembahan dengan seekor anak sapi, Allah berfirman:

Surat Ta-Ha (20) Ayat 88

فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًۭا جَسَدًۭا لَّهُۥ خُوَارٌۭ فَقَالُوا۟ هَـٰذَآ إِلَـٰهُكُمْ وَإِلَـٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِىَ

kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".


Apakah upa upa bermanfaat untuk keselamatan dan kesuksesan?


Manfa'at dan mudharat hanya milik Allah semata, tidak ada makhluk yang memilikinya dan tidak ada makhluk yang bisa mengatur dan berkehendak untuk itu, sebagaimana dalam haidts yang sahih diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad:

عبْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ))

Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Dari pemaparan di atas jelaslah bagi kita bahwa Upa upa dalam acara pernikahan dengan harapan pernikahan menjadi langgeng, lahiran agar tumbuh besar dan sehat dan sukses, perjalanan safar agar selamat sampai tujuan, selamat dari bahaya agar kembali semangat hidupnya,ini semua sangat bertentangan dengan Syari'at Islam karena mengharapkan sesuatu kepada makhluk yang tidak bisa memberi manfa'at dan tidak pula memberi mudhorat sedikitpun kepada manusia bahkan kepada dirinya, karena dia sendiri sudah mati dan tak berdaya, andaikan pun dia hidup sungguh dia tidak akan mampu melakukannya, Allah Ta'ala berfirman:

Surat An-Nahl (16) Ayat 21

أَمْوَٰتٌ غَيْرُ أَحْيَآءٍۢ ۖ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Itu hanya benda mati tidak hidup, dan mereka tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.

Bahkan Rasulullah sendiripun, manusia terbaik dan kekasih Allah tidak mampu memberi manfaat dan mudhorat baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, sebagaimana firmannya:

Surat Al-Jinn (72) Ayat 21

قُلْ إِنِّى لَآ أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّۭا وَلَا رَشَدًۭا

Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan".

Semoga bermanfaat, wallohu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JADIKANLAH SABAR DAN SHALAT SEBAGAI PENOLONGMU

Dalam dua ayat surat Al Baqarah, Allah memerintahkan bagi hamba-Nya untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Allah Ta’ala berfirman, وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al Baqarah: 45) Allah Ta’ala juga berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah: 153). ⚉ Sabar adalah kunci keberhasilan Syekh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Allah memerintahkan agar kita meminta pertolongan dalam setiap hal dengan bersabar dalam menghadapinya. Seorang hamba jika bersabar dan menunggu keberhasilan yang Allah berikan maka niscaya masalah yang dihadapinya akan menjadi r

PEMBATAL-PEMBATAL KEISLAMAN

 Keempat puluh empat: PEMBATAL-PEMBATAL KEISLAMAN[1] Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini adanya perkara-perkara yang dapat membatalkan keislaman seseorang. Berikut ini akan kami sebutkan sebagiannya: Menyekutukan Allah (syirik). Yaitu menjadikan sekutu atau menjadikannya sebagai perantara antara dirinya dengan Allah. Misalnya berdo’a, memohon syafa’at, bertawakkal, beristighatsah, bernadzar, menyembelih yang ditujukan kepada selain Allah, seperti menyembelih untuk jin atau untuk penghuni kubur, dengan keyakinan bahwa para sesembahan selain Allah itu dapat menolak bahaya atau dapat mendatangkan manfaat. Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…” [An-Nisaa/4: 48] Dan Allah Ta’ala berfirman: إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرّ