Langsung ke konten utama

Hadits-Hadits tentang Bahaya Hutang


Banyak sekali hadis-hadis Nabi Shallallahu โ€˜alaihi wasallam yang menjelaskan tentang bahaya berhutang. Semua hadis tersebut memberikan pelajaran kepada kita untuk tidak bermudah-mudah dalam berhutang, kecuali darurat. Dan bersemangat untuk melunasi hutang sesegera mungkin. *Berikut ini beberapa hadis yang menjelaskan tentang bahaya berhutang.*๐Ÿ“š


๐Ÿ“Hadis 1: Jangan meneror dirimu sendiri, padahal sebelumnya sudah aman!

Dari Uqbah bin Amir Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ู„ุง ุชูุฎููŠููˆุง ุฃู†ููุณูŽูƒู… ุจุนู’ุฏูŽ ุฃูŽู…ู’ู†ูู‡ุง. ู‚ุงู„ูˆุง: ูˆู…ุง ุฐุงูƒูŽ ูŠุง ุฑุณูˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŸ ู‚ุงู„: ุงู„ุฏู‘ูŽูŠู’ู†ู


โ€œโ€˜Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.โ€™ Para sahabat bertanya, โ€˜Apakah itu, wahai Rasulullah?โ€™ Rasulullah menjawab, โ€˜Itulah hutang!โ€™ (HR. Ahmad [4/146], At Thabrani dalam Muโ€™jam Al Kabir [1/59], disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [2420]).


Ash Shanโ€™ani Rahimahullah menjelaskan, โ€œKarena hutang itu menjadi teror bagi sang penghutang di siang hari. Dan menjadi kegelisahan baginya di malam hari. Maka seorang hamba jika dia mampu untuk tidak berhutang, maka janganlah dia meneror dirinya sendiri. Hadis ini juga berisi larangan bermudah-mudahan untuk berhutang dan menjelaskan kerusakan dari mudah berhutang, yaitu dalam bentuk rasa takut. Karena Allah jadikan ada hak bagi pemilik harta (untuk menagih hartanya)โ€ (At Tanwir Syarhu Al Jamiโ€™ Ash Shaghir, 11: 92).



๐Ÿ“Hadits 2: Hutang yang belum dilunasi akan dibayar di akhirat dengan pahala dan dosa

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi Wasallam bersabda,


ู…ู† ู…ุงุช ูˆุนู„ูŠู‡ ุฏูŽูŠู†ูŒ ุŒ ูู„ูŠุณ ุซู… ุฏูŠู†ุงุฑูŒ ูˆู„ุง ุฏุฑู‡ู…ูŒ ุŒ ูˆู„ูƒู†ู‡ุง ุงู„ุญุณู†ุงุชู ูˆุงู„ุณูŠุฆุงุชู


โ€œBarangsiapa yang mati dalam keadaan masih punya hutang, maka kelak (di hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham untuk melunasinya. Namun yang ada hanyalah kebaikan atau keburukan (untuk melunasinya)โ€ (HR. Ibnu Majah no. 2414, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 437).


As Sindi Rahimahullah menjelaskan, โ€œMaksudnya, akan diambil kebaikan-kebaikannya, dan akan diberikan kepada si pemberi hutang sebagai ganti dari hutang yang belum terbayarโ€ (Hasyiah As Sindi โ€˜ala Sunan Ibnu Majah, 2: 77).


๐Ÿ“Hadis 3: Ruh seseorang terkatung-katung karena hutangnya

Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ู†ูุณ ุงู„ู…ุคู…ู† ู…ูุนูŽู„ู‘ู‚ุฉ ุจุฏูŽูŠู’ู†ูู‡ ุญุชู‰ ูŠูู‚ู’ุถู‰ ุนู†ู‡


โ€œRuh seorang mukmin (yang sudah meninggal) terkatung-katung karena hutangnya sampai hutangnya dilunasiโ€ (HR. At Tirmidzi no. 1079, ia berkata, โ€œ(Hadits) hasanโ€, disahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).


Al Mula Ali Al Qari Rahimahullah menjelaskan, โ€œSebagian ulama mengatakan, โ€˜Ruhnya tertahan untuk menempati tempat yang mulia.โ€™ Al Iraqi mengatakan, โ€˜Maksudnya, ia (di alam barzakh) dalam kondisi terkatung-katung. Tidak dianggap sebagai orang yang selamat dan tidak dianggap sebagai orang yang binasa sampai dilihat apakah masih ada hutang yang belum lunas atau belum?'โ€ (Mirqatul Mafatih, 5: 1948).




๐Ÿ“Hadis 4: orang yang mati syahid mendapat kesulitan karena hutang

Dari Abdullah bin โ€˜Amr Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ูŠูุบู’ููŽุฑู ู„ูู„ุดู‘ูŽู‡ููŠุฏู ูƒูู„ู‘ู ุฐูŽู†ู’ุจู ุฅู„ู‘ูŽุง ุงู„ุฏู‘ูŽูŠู’ู†ูŽ


โ€œSemua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutangโ€ (HR. Muslim no. 1886).


Al Munawi Rahimahullah menjelaskan, โ€œSemua dosa yang terkait dengan hak orang lain, baik dalam masalah darah, harta, kehormatan, semua ini tidak diampuni dengan syahadah (status syahid). Dan ini berlaku untuk orang yang mati syahid di darat. Adapun orang yang mati syahid di laut, maka semua dosanya diampuni termasuk dalam masalah hutang, karena terdapat hadis khusus tentang hal ini. Dan yang dibahas oleh hadis di atas adalah orang yang bermaksiat dalam hutangnya. Adapun orang yang berhutang ketika memang mampu untuk melunasi dan dia tidak mangkir dari pelunasan, maka dia tidak akan tertahan untuk masuk ke surga, baik dia syahid atau tidakโ€ (Faidhul Qadir, 6: 463).


๐Ÿ“Hadis 5: dibangkitkan sebagai pencuri

Dari Shuhaib bin Sinan Ar Rumi Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ุฃูŠู…ุง ุฑุฌู„ู ุชุฏูŠู‘ูŽู†ูŽ ุฏูŽูŠู’ู†ู‹ุง ุŒ ูˆ ู‡ูˆ ู…ุฌู…ูุนูŒ ุฃู† ู„ุง ูŠููˆูู‘ููŠูŽู‡ ุฅูŠุงู‡ ู„ู‚ูŠ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุณุงุฑู‚ู‹ุง


โ€œSiapa saja yang berhutang dan ia tidak bersungguh-sungguh untuk melunasinya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuriโ€ (HR. Al Baihaqi dalam Syuโ€™abul Iman, no.5561, disahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jamiโ€™ no. 2720).


Ash Shanโ€™ani Rahimahullah menjelaskan, โ€œMaksudnya, dia akan dibangkitkan dalam rombongan para pencuri dan akan diberi ganjaran sebagaimana yang didapatkan para pencuri. Karena dia berniat untuk tidak melunasi hutangnya, sehingga dia menjadi seperti pencuri, bahkan lebih parah lagi. Karena dia telah menipu si pemilik hartaโ€ (At Tanwir Syarhu Al Jamiโ€™ Ash Shaghir, 4: 427).


๐Ÿ“Hadits 6: menunda pembayaran hutang adalah kezaliman

Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜anhu, Nabi Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,


๏ปฃูŽ๏ป„ู’๏ปžู ๏บ๏ปŸู’๏ปูŽ๏ปจู๏ปฐู‘ู ๏ป‡ู๏ป ู’๏ปขูŒ ุŒ ๏ป“ูŽ๏บˆู๏บซูŽ๏บ ๏บƒู๏บ—ู’๏บ’ู๏ปŠูŽ ๏บƒูŽ๏บฃูŽ๏บชู๏ป›ู๏ปขู’ ๏ป‹ูŽ๏ป ูŽ๏ปฐ ๏ปฃูŽ๏ป ู๏ปฐู‘ู ๏ป“ูŽ๏ป ู’๏ปดูŽ๏บ˜ู’๏บ’ูŽ๏ปŠู’ โ€


โ€œPenundaan pelunasan hutang oleh orang yang mampu adalah sebuah kezaliman, maka jika hutang kalian ditanggung oleh orang lain yang mampu maka setujuilahโ€ (HR. Bukhari no.2287).


Syaikh As Saโ€™di Rahimahullah menjelaskan, โ€œMempersulit penunaian hak orang lain yang wajib ditunaikan adalah sebuah kezaliman. Karena dengan melakukan demikian, maka ia meninggalkan kewajiban untuk berbuat adil. Orang yang mampu wajib untuk bersegera menunaikan hak orang lain yang wajib atasnya. Tanpa harus membuat si pemilik hak tersebut untuk meminta, mengemis atau mengeluh. Orang yang menunda penunaikan hak padahal ia mampu, maka ia orang yang zalimโ€ (Bahjatul Qulubil Abrar, 


๐Ÿ“Hadits 7: terhalangi masuk surga

Dari Tsauban Radhiallahuโ€™anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,


ู…ูŽู†ู’ ููŽุงุฑูŽู‚ูŽ ุงู„ุฑู‘ููˆุญู ุงู„ู’ุฌูŽุณูŽุฏูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจูŽุฑูู‰ุกูŒ ู…ูู†ู’ ุซูŽู„ุงูŽุซู ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุบูู„ููˆู„ู ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽูŠู’ู†ู


โ€œBarang siapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: kesombongan, ghulul (harta khianat), dan hutang, maka dia akan masuk surgaโ€ (HR. Ibnu Majah no. 1971. Disahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).


Dalam Mausuah Haditsiyyah Durar Saniyyah bimbingan Syaikh Alwi bin Abdil Qadir As Segaf dijelaskan, โ€œ[Barang siapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya] ini adalah kiasan dari kematian. [dan dia terbebas dari tiga hal], maksudnya dia tidak terjerumus dalam salah satu perkara ini. Atau, dia pernah terjerumus namun telah bertaubat darinya dan mengembalikan hak kepada yang berhak menerimanya, [dia akan masuk surga] โ€ฆ  dan yang dimaksud hutang adalah mengambil harta orang lain karena ada suatu kebutuhan, kemudian meninggal dalam keadaan belum melunasinya (maka ia tidak masuk surga). Sebagian ulama mengatakan, ini berlaku bagi orang yang mampu melunasinya namun dia mangkir dari pelunasanโ€.


๐Ÿ“Hadits 8: hutang membuat seseorang mudah berdusta

Dari Aisyah radhillahuโ€™anha, beliau berkata:


ุฃู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณูˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒุงู†ูŽ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู: ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅู†ู‘ููŠ ุฃุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู† ุนูŽุฐูŽุงุจู ุงู„ู‚ูŽุจู’ุฑูุŒ ูˆุฃูŽุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู† ููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูŽุณููŠุญู ุงู„ุฏู‘ูŽุฌู‘ูŽุงู„ูุŒ ูˆุฃูŽุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู† ููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูŽุญู’ูŠูŽุงุŒ ูˆููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูŽู…ูŽุงุชูุŒ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅู†ู‘ููŠ ุฃุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู…ูŽุฃู’ุซูŽู…ู ูˆุงู„ู…ูŽุบู’ุฑูŽู…ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ู‡ ู‚ูŽุงุฆูู„ูŒ: ู…ุง ุฃูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ุง ุชูŽุณู’ุชูŽุนููŠุฐู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู…ูŽุบู’ุฑูŽู…ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ูŽ ุฅุฐูŽุง ุบูŽุฑูู…ูŽุŒ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽ ููŽูƒูŽุฐูŽุจูŽุŒ ูˆูˆูŽุนูŽุฏูŽ ูุฃุฎู’ู„ูŽููŽ


โ€œRasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam biasa berdoa di dalam salatnya,


/allahumma inni aโ€™udzubika min โ€˜adzabil qobri, wa aโ€™udzubika min fitnatil masihid dajjal, wa aโ€™udzubika min fitnatil mahya, wa fitnatil mamat, allahumma inni aโ€™udzubika minal maโ€™tsam wal maghram/


(Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari azab kubur. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah al Masih ad Dajjal. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah orang yang hidup dan orang yang sudah mati. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari dosa dan hutang).


Lalu seseorang bertanya kepada beliau, โ€˜Wahai Rasulullah, betapa seringnya Engkau berlindung dari hutang?โ€™ Beliau pun menjawab, โ€˜Sesungguhnya seseorang yang biasa berhutang, jika dia berbicara dia akan berdusta, jika dia berjanji dia akan mengingkarinyaโ€™โ€ (HR. Bukhari no. 832 dan Muslim no. 1325).


Ibnu Mulaqqin Rahimahullah menjelaskan, โ€œBerhutang yang Nabi berlindung darinya, adalah hutang yang tidak disukai oleh Allah karena (sejak awal) tidak ada kemampuan untuk membayarnya. Atau hutang yang tidak bisa dibayar sehingga membuat harta saudaranya binasa. Atau orang yang berhutang mampu membayar, namun dia berniat untuk tidak melunasinya, sehingga dia termasuk orang yang bermaksiat kepada Allah dan menzalimi dirinya sendiriโ€ (At Taudhih li Syarhil Jamiโ€™ Ash Shahih, 15: 423).


Mengapa orang yang suka berhutang cenderung suka berbohong dan mengingkari janji? Syaikh Abdul Karim Al Khudhair menjelaskan, โ€œDia akan berdusta agar bisa menghindarkan diri dari si pemberi hutang. Dan dia juga akan mudah ingkar janji agar bisa menghindarkan diri dari si pemberi hutangโ€ (Syarhul Muharrar fil Hadits, 21: 11).


๐Ÿ“Hadits 9: Rasulullah tidak mau mensalati orang yang berhutang

Dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu โ€™anhu ia mengatakan,


ุชููˆููู‘ููŠูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู…ูู†ู‘ูŽุง, ููŽุบูŽุณู‘ูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู, ูˆูŽุญูŽู†ู‘ูŽุทู’ู†ูŽุงู‡ู, ูˆูŽูƒูŽูู‘ูŽู†ู‘ูŽุงู‡ู, ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุชูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูู‡ู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŽู‚ูู„ู’ู†ูŽุง: ุชูุตูŽู„ู‘ููŠ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู? ููŽุฎูŽุทูŽุง ุฎูุทู‹ู‰, ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฏูŽูŠู’ู†ูŒ? ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง: ุฏููŠู†ูŽุงุฑูŽุงู†ูุŒ ููŽุงู†ู’ุตูŽุฑูŽููŽ, ููŽุชูŽุญูŽู…ู‘ูŽู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ู‚ูŽุชูŽุงุฏูŽุฉูŽุŒ ููŽุฃูŽุชูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู, ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆ ู‚ูŽุชูŽุงุฏูŽุฉูŽ: ุงูŽู„ุฏู‘ููŠู†ูŽุงุฑูŽุงู†ู ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃูุญูู‚ู‘ูŽ ุงูŽู„ู’ุบูŽุฑููŠู…ู ูˆูŽุจูŽุฑูุฆูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ุงูŽู„ู’ู…ูŽูŠู‘ูุชู? ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู†ูŽุนูŽู…ู’, ููŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู


โ€œAda seorang laki-laki di antara kami meninggal dunia, lalu kami memandikannya, menutupinya dengan kapas, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam dan kami tanyakan, โ€˜Apakah baginda akan menyalatkannya?โ€™ Beliau melangkah beberapa langkah kemudian bertanya, โ€˜Apakah ia mempunyai hutang?โ€™ Kami menjawab, โ€˜Dua dinar.โ€™ Lalu beliau kembali. Maka Abu Qatadah menanggung hutang tersebut.


Ketika kami mendatanginya, Abu Qotadah berkata, โ€˜Dua dinar itu menjadi tanggunganku.โ€™ Lalu Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda, โ€˜Betul-betul Engkau tanggung hutang mayit sampai lunas?โ€™ Qatadah mengatakan, โ€˜Iya betulโ€™. Maka Nabi pun mensalatinya. โ€œ(HR. Abu Daud no. 3343, dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaโ€™iz hal. 27).


Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah menjelaskan. โ€œTidak semestinya seseorang untuk bermudah-mudahan berhutang, kecuali sangat darurat. Karena hutang dapat menghalangi syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat. Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam menolak untuk mensalati orang yang punya hutang. Karena salatnya beliau adalah syafaat. Dan hutang membuat terhalangnya syafaat. Bahkan sampai orang yang syahid fi sabilillah yang semua dosanya diampuni, namun dosa hutangnya tidak diampuniโ€ (Fathu Dzil Jalalil wal Ikram, 4: 157).


๐Ÿ“Hadits 10: akan diberikan kehancuran oleh Allah

Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜ alaihi wasallam bersabda,


ู† ุฃุฎูŽุฐูŽ ุฃู…ู’ูˆุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูŠูุฑููŠุฏู ุฃุฏุงุกูŽู‡ุง ุฃุฏู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนู†ู’ู‡ุŒ ูˆู…ูŽู† ุฃุฎูŽุฐูŽ ูŠูุฑููŠุฏู ุฅุชู’ู„ุงููŽู‡ุง ุฃุชู’ู„ูŽููŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู


โ€œOrang yang mengambil harta orang lain (berhutang), dengan niat untuk melunasinya kelak, maka Allah akan menolong dia untuk melunasinya. Adapun orang yang mengambil harta orang lain dengan niat tidak akan melunasinya, maka Allah akan hancurkan diaโ€ (HR. Bukhari no. 2387).


Al Mula Ali Al Qari Rahimahullah menjelaskan, โ€œMaksudnya, orang yang berhutang tanpa kebutuhan dan tidak bermaksud untuk melunasinya, maka Allah akan hancurkan dia. Yaitu, Allah tidak akan menolongnya dan tidak Allah beri keluasan rezeki. Bahkan Allah akan menghancurkan dia karena dia sejak awal sudah berniat menghancurkan harta seorang Muslimโ€ (Mirqatul Mafatih, 5: 1957).


Baca Juga:


Kebiasaan Berutang Membuat Tidak Tenang dan Terhina

Bahaya Tidak Segera Membayar Hutang Padahal Mampu

Semoga Allah Taโ€™ala memberi taufik.


Penulis: Yulian Purnama


Artikel: Muslim.or.id*Hadits-Hadits tentang Bahaya Hutang*๐Ÿ’Š๐Ÿ“

โ–ช๏ธโ–ช๏ธโ–ช๏ธโ–ช๏ธโ–ช๏ธโ–ช๏ธโ–ช๏ธโ–ช๏ธ



Banyak sekali hadis-hadis Nabi Shallallahu โ€˜alaihi wasallam yang menjelaskan tentang bahaya berhutang. Semua hadis tersebut memberikan pelajaran kepada kita untuk tidak bermudah-mudah dalam berhutang, kecuali darurat. Dan bersemangat untuk melunasi hutang sesegera mungkin. *Berikut ini beberapa hadis yang menjelaskan tentang bahaya berhutang.*๐Ÿ“š


๐Ÿ“Hadis 1: Jangan meneror dirimu sendiri, padahal sebelumnya sudah aman!

Dari Uqbah bin Amir Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ู„ุง ุชูุฎููŠููˆุง ุฃู†ููุณูŽูƒู… ุจุนู’ุฏูŽ ุฃูŽู…ู’ู†ูู‡ุง. ู‚ุงู„ูˆุง: ูˆู…ุง ุฐุงูƒูŽ ูŠุง ุฑุณูˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŸ ู‚ุงู„: ุงู„ุฏู‘ูŽูŠู’ู†ู


โ€œโ€˜Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.โ€™ Para sahabat bertanya, โ€˜Apakah itu, wahai Rasulullah?โ€™ Rasulullah menjawab, โ€˜Itulah hutang!โ€™ (HR. Ahmad [4/146], At Thabrani dalam Muโ€™jam Al Kabir [1/59], disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [2420]).


Ash Shanโ€™ani Rahimahullah menjelaskan, โ€œKarena hutang itu menjadi teror bagi sang penghutang di siang hari. Dan menjadi kegelisahan baginya di malam hari. Maka seorang hamba jika dia mampu untuk tidak berhutang, maka janganlah dia meneror dirinya sendiri. Hadis ini juga berisi larangan bermudah-mudahan untuk berhutang dan menjelaskan kerusakan dari mudah berhutang, yaitu dalam bentuk rasa takut. Karena Allah jadikan ada hak bagi pemilik harta (untuk menagih hartanya)โ€ (At Tanwir Syarhu Al Jamiโ€™ Ash Shaghir, 11: 92).



๐Ÿ“Hadits 2: Hutang yang belum dilunasi akan dibayar di akhirat dengan pahala dan dosa

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi Wasallam bersabda,


ู…ู† ู…ุงุช ูˆุนู„ูŠู‡ ุฏูŽูŠู†ูŒ ุŒ ูู„ูŠุณ ุซู… ุฏูŠู†ุงุฑูŒ ูˆู„ุง ุฏุฑู‡ู…ูŒ ุŒ ูˆู„ูƒู†ู‡ุง ุงู„ุญุณู†ุงุชู ูˆุงู„ุณูŠุฆุงุชู


โ€œBarangsiapa yang mati dalam keadaan masih punya hutang, maka kelak (di hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham untuk melunasinya. Namun yang ada hanyalah kebaikan atau keburukan (untuk melunasinya)โ€ (HR. Ibnu Majah no. 2414, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 437).


As Sindi Rahimahullah menjelaskan, โ€œMaksudnya, akan diambil kebaikan-kebaikannya, dan akan diberikan kepada si pemberi hutang sebagai ganti dari hutang yang belum terbayarโ€ (Hasyiah As Sindi โ€˜ala Sunan Ibnu Majah, 2: 77).


๐Ÿ“Hadis 3: Ruh seseorang terkatung-katung karena hutangnya

Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ู†ูุณ ุงู„ู…ุคู…ู† ู…ูุนูŽู„ู‘ู‚ุฉ ุจุฏูŽูŠู’ู†ูู‡ ุญุชู‰ ูŠูู‚ู’ุถู‰ ุนู†ู‡


โ€œRuh seorang mukmin (yang sudah meninggal) terkatung-katung karena hutangnya sampai hutangnya dilunasiโ€ (HR. At Tirmidzi no. 1079, ia berkata, โ€œ(Hadits) hasanโ€, disahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).


Al Mula Ali Al Qari Rahimahullah menjelaskan, โ€œSebagian ulama mengatakan, โ€˜Ruhnya tertahan untuk menempati tempat yang mulia.โ€™ Al Iraqi mengatakan, โ€˜Maksudnya, ia (di alam barzakh) dalam kondisi terkatung-katung. Tidak dianggap sebagai orang yang selamat dan tidak dianggap sebagai orang yang binasa sampai dilihat apakah masih ada hutang yang belum lunas atau belum?'โ€ (Mirqatul Mafatih, 5: 1948).




๐Ÿ“Hadis 4: orang yang mati syahid mendapat kesulitan karena hutang

Dari Abdullah bin โ€˜Amr Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ูŠูุบู’ููŽุฑู ู„ูู„ุดู‘ูŽู‡ููŠุฏู ูƒูู„ู‘ู ุฐูŽู†ู’ุจู ุฅู„ู‘ูŽุง ุงู„ุฏู‘ูŽูŠู’ู†ูŽ


โ€œSemua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutangโ€ (HR. Muslim no. 1886).


Al Munawi Rahimahullah menjelaskan, โ€œSemua dosa yang terkait dengan hak orang lain, baik dalam masalah darah, harta, kehormatan, semua ini tidak diampuni dengan syahadah (status syahid). Dan ini berlaku untuk orang yang mati syahid di darat. Adapun orang yang mati syahid di laut, maka semua dosanya diampuni termasuk dalam masalah hutang, karena terdapat hadis khusus tentang hal ini. Dan yang dibahas oleh hadis di atas adalah orang yang bermaksiat dalam hutangnya. Adapun orang yang berhutang ketika memang mampu untuk melunasi dan dia tidak mangkir dari pelunasan, maka dia tidak akan tertahan untuk masuk ke surga, baik dia syahid atau tidakโ€ (Faidhul Qadir, 6: 463).


๐Ÿ“Hadis 5: dibangkitkan sebagai pencuri

Dari Shuhaib bin Sinan Ar Rumi Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda,


ุฃูŠู…ุง ุฑุฌู„ู ุชุฏูŠู‘ูŽู†ูŽ ุฏูŽูŠู’ู†ู‹ุง ุŒ ูˆ ู‡ูˆ ู…ุฌู…ูุนูŒ ุฃู† ู„ุง ูŠููˆูู‘ููŠูŽู‡ ุฅูŠุงู‡ ู„ู‚ูŠ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุณุงุฑู‚ู‹ุง


โ€œSiapa saja yang berhutang dan ia tidak bersungguh-sungguh untuk melunasinya, maka ia akan bertemu Allah sebagai seorang pencuriโ€ (HR. Al Baihaqi dalam Syuโ€™abul Iman, no.5561, disahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jamiโ€™ no. 2720).


Ash Shanโ€™ani Rahimahullah menjelaskan, โ€œMaksudnya, dia akan dibangkitkan dalam rombongan para pencuri dan akan diberi ganjaran sebagaimana yang didapatkan para pencuri. Karena dia berniat untuk tidak melunasi hutangnya, sehingga dia menjadi seperti pencuri, bahkan lebih parah lagi. Karena dia telah menipu si pemilik hartaโ€ (At Tanwir Syarhu Al Jamiโ€™ Ash Shaghir, 4: 427).


๐Ÿ“Hadits 6: menunda pembayaran hutang adalah kezaliman

Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜anhu, Nabi Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,


๏ปฃูŽ๏ป„ู’๏ปžู ๏บ๏ปŸู’๏ปูŽ๏ปจู๏ปฐู‘ู ๏ป‡ู๏ป ู’๏ปขูŒ ุŒ ๏ป“ูŽ๏บˆู๏บซูŽ๏บ ๏บƒู๏บ—ู’๏บ’ู๏ปŠูŽ ๏บƒูŽ๏บฃูŽ๏บชู๏ป›ู๏ปขู’ ๏ป‹ูŽ๏ป ูŽ๏ปฐ ๏ปฃูŽ๏ป ู๏ปฐู‘ู ๏ป“ูŽ๏ป ู’๏ปดูŽ๏บ˜ู’๏บ’ูŽ๏ปŠู’ โ€


โ€œPenundaan pelunasan hutang oleh orang yang mampu adalah sebuah kezaliman, maka jika hutang kalian ditanggung oleh orang lain yang mampu maka setujuilahโ€ (HR. Bukhari no.2287).


Syaikh As Saโ€™di Rahimahullah menjelaskan, โ€œMempersulit penunaian hak orang lain yang wajib ditunaikan adalah sebuah kezaliman. Karena dengan melakukan demikian, maka ia meninggalkan kewajiban untuk berbuat adil. Orang yang mampu wajib untuk bersegera menunaikan hak orang lain yang wajib atasnya. Tanpa harus membuat si pemilik hak tersebut untuk meminta, mengemis atau mengeluh. Orang yang menunda penunaikan hak padahal ia mampu, maka ia orang yang zalimโ€ (Bahjatul Qulubil Abrar, 


๐Ÿ“Hadits 7: terhalangi masuk surga

Dari Tsauban Radhiallahuโ€™anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,


ู…ูŽู†ู’ ููŽุงุฑูŽู‚ูŽ ุงู„ุฑู‘ููˆุญู ุงู„ู’ุฌูŽุณูŽุฏูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจูŽุฑูู‰ุกูŒ ู…ูู†ู’ ุซูŽู„ุงูŽุซู ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุบูู„ููˆู„ู ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽูŠู’ู†ู


โ€œBarang siapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: kesombongan, ghulul (harta khianat), dan hutang, maka dia akan masuk surgaโ€ (HR. Ibnu Majah no. 1971. Disahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).


Dalam Mausuah Haditsiyyah Durar Saniyyah bimbingan Syaikh Alwi bin Abdil Qadir As Segaf dijelaskan, โ€œ[Barang siapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya] ini adalah kiasan dari kematian. [dan dia terbebas dari tiga hal], maksudnya dia tidak terjerumus dalam salah satu perkara ini. Atau, dia pernah terjerumus namun telah bertaubat darinya dan mengembalikan hak kepada yang berhak menerimanya, [dia akan masuk surga] โ€ฆ dan yang dimaksud hutang adalah mengambil harta orang lain karena ada suatu kebutuhan, kemudian meninggal dalam keadaan belum melunasinya (maka ia tidak masuk surga). Sebagian ulama mengatakan, ini berlaku bagi orang yang mampu melunasinya namun dia mangkir dari pelunasanโ€.


๐Ÿ“Hadits 8: hutang membuat seseorang mudah berdusta

Dari Aisyah radhillahuโ€™anha, beliau berkata:


ุฃู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณูˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒุงู†ูŽ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู: ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅู†ู‘ููŠ ุฃุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู† ุนูŽุฐูŽุงุจู ุงู„ู‚ูŽุจู’ุฑูุŒ ูˆุฃูŽุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู† ููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูŽุณููŠุญู ุงู„ุฏู‘ูŽุฌู‘ูŽุงู„ูุŒ ูˆุฃูŽุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู† ููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูŽุญู’ูŠูŽุงุŒ ูˆููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูŽู…ูŽุงุชูุŒ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุฅู†ู‘ููŠ ุฃุนููˆุฐู ุจูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู…ูŽุฃู’ุซูŽู…ู ูˆุงู„ู…ูŽุบู’ุฑูŽู…ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ู‡ ู‚ูŽุงุฆูู„ูŒ: ู…ุง ุฃูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ุง ุชูŽุณู’ุชูŽุนููŠุฐู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู…ูŽุบู’ุฑูŽู…ูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅู†ู‘ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ูŽ ุฅุฐูŽุง ุบูŽุฑูู…ูŽุŒ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽ ููŽูƒูŽุฐูŽุจูŽุŒ ูˆูˆูŽุนูŽุฏูŽ ูุฃุฎู’ู„ูŽููŽ


โ€œRasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam biasa berdoa di dalam salatnya,


/allahumma inni aโ€™udzubika min โ€˜adzabil qobri, wa aโ€™udzubika min fitnatil masihid dajjal, wa aโ€™udzubika min fitnatil mahya, wa fitnatil mamat, allahumma inni aโ€™udzubika minal maโ€™tsam wal maghram/


(Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari azab kubur. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah al Masih ad Dajjal. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah orang yang hidup dan orang yang sudah mati. Aku memohon perlindungan kepada-Mu dari dosa dan hutang).


Lalu seseorang bertanya kepada beliau, โ€˜Wahai Rasulullah, betapa seringnya Engkau berlindung dari hutang?โ€™ Beliau pun menjawab, โ€˜Sesungguhnya seseorang yang biasa berhutang, jika dia berbicara dia akan berdusta, jika dia berjanji dia akan mengingkarinyaโ€™โ€ (HR. Bukhari no. 832 dan Muslim no. 1325).


Ibnu Mulaqqin Rahimahullah menjelaskan, โ€œBerhutang yang Nabi berlindung darinya, adalah hutang yang tidak disukai oleh Allah karena (sejak awal) tidak ada kemampuan untuk membayarnya. Atau hutang yang tidak bisa dibayar sehingga membuat harta saudaranya binasa. Atau orang yang berhutang mampu membayar, namun dia berniat untuk tidak melunasinya, sehingga dia termasuk orang yang bermaksiat kepada Allah dan menzalimi dirinya sendiriโ€ (At Taudhih li Syarhil Jamiโ€™ Ash Shahih, 15: 423).


Mengapa orang yang suka berhutang cenderung suka berbohong dan mengingkari janji? Syaikh Abdul Karim Al Khudhair menjelaskan, โ€œDia akan berdusta agar bisa menghindarkan diri dari si pemberi hutang. Dan dia juga akan mudah ingkar janji agar bisa menghindarkan diri dari si pemberi hutangโ€ (Syarhul Muharrar fil Hadits, 21: 11).


๐Ÿ“Hadits 9: Rasulullah tidak mau mensalati orang yang berhutang

Dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu โ€™anhu ia mengatakan,


ุชููˆููู‘ููŠูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู…ูู†ู‘ูŽุง, ููŽุบูŽุณู‘ูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู, ูˆูŽุญูŽู†ู‘ูŽุทู’ู†ูŽุงู‡ู, ูˆูŽูƒูŽูู‘ูŽู†ู‘ูŽุงู‡ู, ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุชูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูู‡ู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ููŽู‚ูู„ู’ู†ูŽุง: ุชูุตูŽู„ู‘ููŠ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู? ููŽุฎูŽุทูŽุง ุฎูุทู‹ู‰, ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฏูŽูŠู’ู†ูŒ? ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง: ุฏููŠู†ูŽุงุฑูŽุงู†ูุŒ ููŽุงู†ู’ุตูŽุฑูŽููŽ, ููŽุชูŽุญูŽู…ู‘ูŽู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ู‚ูŽุชูŽุงุฏูŽุฉูŽุŒ ููŽุฃูŽุชูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู, ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆ ู‚ูŽุชูŽุงุฏูŽุฉูŽ: ุงูŽู„ุฏู‘ููŠู†ูŽุงุฑูŽุงู†ู ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃูุญูู‚ู‘ูŽ ุงูŽู„ู’ุบูŽุฑููŠู…ู ูˆูŽุจูŽุฑูุฆูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ุงูŽู„ู’ู…ูŽูŠู‘ูุชู? ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู†ูŽุนูŽู…ู’, ููŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู


โ€œAda seorang laki-laki di antara kami meninggal dunia, lalu kami memandikannya, menutupinya dengan kapas, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam dan kami tanyakan, โ€˜Apakah baginda akan menyalatkannya?โ€™ Beliau melangkah beberapa langkah kemudian bertanya, โ€˜Apakah ia mempunyai hutang?โ€™ Kami menjawab, โ€˜Dua dinar.โ€™ Lalu beliau kembali. Maka Abu Qatadah menanggung hutang tersebut.


Ketika kami mendatanginya, Abu Qotadah berkata, โ€˜Dua dinar itu menjadi tanggunganku.โ€™ Lalu Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam bersabda, โ€˜Betul-betul Engkau tanggung hutang mayit sampai lunas?โ€™ Qatadah mengatakan, โ€˜Iya betulโ€™. Maka Nabi pun mensalatinya. โ€œ(HR. Abu Daud no. 3343, dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaโ€™iz hal. 27).


Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah menjelaskan. โ€œTidak semestinya seseorang untuk bermudah-mudahan berhutang, kecuali sangat darurat. Karena hutang dapat menghalangi syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat. Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wasallam menolak untuk mensalati orang yang punya hutang. Karena salatnya beliau adalah syafaat. Dan hutang membuat terhalangnya syafaat. Bahkan sampai orang yang syahid fi sabilillah yang semua dosanya diampuni, namun dosa hutangnya tidak diampuniโ€ (Fathu Dzil Jalalil wal Ikram, 4: 157).


๐Ÿ“Hadits 10: akan diberikan kehancuran oleh Allah

Dari Abu Hurairah Radhiallahu โ€˜anhu, Rasulullah Shallallahu โ€˜ alaihi wasallam bersabda,


ู† ุฃุฎูŽุฐูŽ ุฃู…ู’ูˆุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูŠูุฑููŠุฏู ุฃุฏุงุกูŽู‡ุง ุฃุฏู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนู†ู’ู‡ุŒ ูˆู…ูŽู† ุฃุฎูŽุฐูŽ ูŠูุฑููŠุฏู ุฅุชู’ู„ุงููŽู‡ุง ุฃุชู’ู„ูŽููŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู


โ€œOrang yang mengambil harta orang lain (berhutang), dengan niat untuk melunasinya kelak, maka Allah akan menolong dia untuk melunasinya. Adapun orang yang mengambil harta orang lain dengan niat tidak akan melunasinya, maka Allah akan hancurkan diaโ€ (HR. Bukhari no. 2387).


Al Mula Ali Al Qari Rahimahullah menjelaskan, โ€œMaksudnya, orang yang berhutang tanpa kebutuhan dan tidak bermaksud untuk melunasinya, maka Allah akan hancurkan dia. Yaitu, Allah tidak akan menolongnya dan tidak Allah beri keluasan rezeki. Bahkan Allah akan menghancurkan dia karena dia sejak awal sudah berniat menghancurkan harta seorang Muslimโ€ (Mirqatul Mafatih, 5: 1957).


Baca Juga:


Kebiasaan Berutang Membuat Tidak Tenang dan Terhina

Bahaya Tidak Segera Membayar Hutang Padahal Mampu

Semoga Allah Taโ€™ala memberi taufik.


Penulis: Yulian Purnama


Artikel: Muslim.or.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM UPA-UPA/TEPUNG TAWAR MENURUT ISLAM

Adat istiadat pada asalnya hukumnya boleh selama tidak bertentangan dengan Syari'at, sebagaimana kaedah mengatakan: ุงู„ุนุงุฏุฉ ุงู„ุฅุจุงุญุฉ ู…ุงู„ู… ุชุฎุงู„ู ุงู„ุดุฑุน " Adat itu diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan Syari'at ". Semua adat istiadat yang ada di dalam masyarakat kaum muslimin semuanya boleh diikuti selama tidak bertentangan dengan Syari'at islam, namun perlu digaris bawahi bahwa adat istiadat adalah peninggalan nenek moyang yang seharus hati hati dan teliti, karena yang namanya nenek moyang itu banyak diantara mereka yang masih terpengaruh dengan adat istiadat luar, maka hendaknya dikaji secara cermat.  Adat Upa upa adalah istilah adat istiadat yang dikenal di wilayah Sumatera bagian utara dan khususnya daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing, juga Tapanuli Utara atau Toba, di Indonesia umumnya dikenal masyarakat dengan nama Tepung tawar. Pengertian upa upa sendiri menurut Wikipedia ( silahkan buka di google) adalah: "Upa-Upa atau Mangupa adalah Upacara ad...

KESESATAN KHURUJ WANITA2 JAMAAH TABLIGH (KHURUJ MASTUROH)

  Bismillah.. Akibat beragama tidak mengikuti dalil.. Kira2 apa motivasi wanita2 jamaah tabligh ini mau bersusah payah dengan meninggalkan anak2 mereka, rumah2 mereka, keluarga mereka Mereka tidak lain adalah mengharapkan janji2 syurga imam2 mereka. Kurang apa tertutupnya pakaian mereka?? serba hitam bercadar bahkan Mata pun tertutup oleh selembar kain tapi mengapa dengan kebodohan mereka menampakkan diri dihadapan laki2 asing, bercampur baur, keluar rumah berhari2, berminggu2 , berbulan2 bahkan tahunan dan meninggalkan kewajibannya sebagai ibu.. Bagi anak2nya.. bahkan untuk mengejar syurga versinya mereka tak segan2 menitipkan anak2 mereka kpd orang tua tetangga dan keluarga??? Padahal Allah melarang mereka keluar rumah karena wanita adalah seburuk2nya fitnah Baca dan renungkanlah firman Allah berikut ini; al Ahzab ayat 33 : ูˆูŽู‚ูŽุฑู’ู†ูŽ ูููŠ ุจููŠููˆุชููƒูู†ู‘ูŽ ูˆูŽู„ุงูŽุชูŽุจูŽุฑู‘ูŽุฌู’ู†ูŽ ุชูŽุจูŽุฑู‘ูุฌูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ุงู’ู„ุฃููˆู’ู„ูŽู‰ ูˆูŽุฃูŽู‚ูู…ู’ู†ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉูŽ ูˆูŽุกูŽุงุชููŠู†ูŽ ุงู„ุฒู‘ูŽูƒูŽุงุฉูŽ ูˆูŽุฃูŽุทูุนู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูŽ...

KHURUJ JAMAAH TABLIQ

 *** Khuruj Mereka (JT) Bukan Dijalan Allah Ta'ala, Tapi Di Jalan Muhammad Ilyas *** Khuruj (keluar), merupakan salah satu kaedah kerja dakwah yang dikenali dalam lingkungan "Jama'ah Tabligh".  Kaedah seperti ini, tentu tidak dikenal dalam dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat...!! Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam TIDAK PERNAH MENGIRIM SEMBARANGAN ORANG UNTUK TUGAS DAKWAH, APALAGI MENGIRIM ORANG-ORANG YANG TIDAK MEMILIKI ILMU...!!  Tidak pernah terdengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Arab badwi yang tinggal di sekitar Madinah menjadi duta dakwah Beliau...!!. Namun, Baginda mengutus para sahabat yang terkemuka dalam ilmu dan agama, seperti : Mu'adz bin Jabal, Abu Musa Al Asy'ari, Ali bin Abi Thalib radhiallahu ta'ala 'anhum. Seperti apa yang telah dikatakan oleh mantan Jama'ah Tabligh, yaitu Asy-Syaikh Abdurrohim Syah Ad-Duyubandi. Beliau telah melalui waktu yang sangat panjang bersama ...